Order Effect – New Product Development

Belum lama ini teman bermain saya semenjak kuliah menghubungi saya. Soalan yang ingin sekali ia tanyankan seputar research. Terutama terkait dengan testing product. Sudah beberapa kali ia melakukan testing product, namun ia merasakan beberapa researchnya cukup membingungkan. Yang selalu menjadi tandatanya besar dalam benaknya yaitu hasil testing product dengan metode sequential monadic (setiap orang mencoba dua produk atau lebih). Ia sempat mempertanyakan mengenai ke-valid-an hasil testing product yang menggunakan metode ini. Baginya hasil testing product dengan sequential monadic tak selamanya menjadi acuan yang tepat. Pasalnya, ditempatnya bekerja standard action yang kerap kali diberlakukan yaitu sequential monadic. Ia pun mulai kritis menyikapi permasalahan testing product ini.

 

Memang betul, terkadang, hasil testing product dengan menggunakan metode sequential monadic perlu kehati-hatian. Maksud saya tak selamnya hasil sequential monadic memberikan hasil yang valid. Memang betul, dalam setiap rotasi product selalu berimbang. Artinya product yang dicoba pertama atau dicoba ke dua selalu balance. Namun, meskipun rotasi product telah berimbang, tetap saja sequential monadic terdapat risiko ketidakvalidan data. Dalam kondisi seperti ini, maka researcher sebaiknya berhati-hati dalam membunyikan analisisnya. Continue reading

Buku Terbaru Saya: “6 Habits of Highly Successful Research”

Final - Sampul Rusdin_compresBuku Terbaru Saya: “6 Habits of Highly Successful Research”

(Harga 40 ribu rupiah, 100 pemesan pertama harga 30 ribu rupiah. Inbox ke rusdin.visioner@gmail.com)

Hati saya miris sekali ketika mendengarkan sejumlah kawan mengatakan skripsi/penelitian itu sukar. Tak hanya mahasiswa, sejumlah kawan saya yang ingin memasuki dunia marketing research (riset pemasaran) pun mengungkapkan hal yang sama. Terutama yang berkait erat dengan data kuantitatif dan segala pernak – pernik penelitan. Karena apa? Yang terbayang dalam benak kawan-kawan saya itu adalah data kuantitatif pasti bergelut dengan angka dan rumus yang njelimet.
Apalagi bagi mereka yang sejak SMA takut benar dengan pelajaran Matematika. Pastilah, rasa sebel dan malas menyelinap ketika berhadapan dengan tugas penelitian atau bekerja dibidang penelitian pasar.
Saya menyadari alasan kuat mereka mengatakan hal tersebut. Sebagai seorang statistisi, tentunya, ini tantangan terbesar bagi saya: bagaiamana menjelaskan langkah-langkah melakukan penelitian kepada mahasiswa maupun mereka yang bergelut dengan riset pemasaran secara mudah dan sederhana.
Pertanyaan-pertanyaan sejumlah kolega justru memacu adrenalin saya untuk berinovasi. Saya termotivasi. Saya tergerak. Saya tertantang. Saya terinspirasi menuliskan buku ini.
Buku ini saya tulis dengan gaya bahasa yang ringan, dan (insya Allah) mudah dipahami. Saya juga berikan kepada Anda tahap demi tahap menyelesaikan tugas akhir atau penelitian Anda. Dengan menyelami buku ini, insya Allah, Anda pun akan berucap: Skirpsi atau penelitian, MUDAH.

Analisis Data, Mudah kah? (1)

Anda and Paper Airplanes

Anda and Paper Airplanes (Photo credit: bre pettis)

Setelah Anda melakukan pengumpulan data (colleting data), lalu pengolahan data, maka sampailah Anda pada tahapan analisis data. Analisis data bukanlah hal yang sukar. Hanya dibutuhkan kemampuan untuk bergulat dengan tools atau alat analisis. Namun, yang lebih penting lagi adalah bagaimana Anda menggunakan konsep analisis data statistik ke dalam riset atau penelitian Anda.

Mungkin saja selama ini Anda beranggapan analisis data itu sukar. Hanya orang-orang berotak brilian dan berkacamata teballah yang mampu melakukannya. Saya yakinkan kepada Anda, siapa pun Anda, mudah-mudahan dapat memahami analisis data statistik setelah menuntaskan bab ini. Sekali lagi, analisis data statistik tidak terlalu sukar, yang terpenting Anda paham dan tahu konsep analisis itu sendiri.

Tak perlu terlalu khawatir. Dalam bab ini, saya akan ulas tahap demi tahap, lankah demi langkah, step by step, mengenai penggunaan analisis data statistik.

Kerap kali kawan-kawan saya yang masih berkuliah, merasa tak mampu mempelajari analisis statistik. Saya tanya kepada mereka: kenapa mereka tak bisa melakukan analisis statistik? Jawaban mereka ”malas deh belajar statistik” Padahal, menurut hemat saya analisis statistik itu, tidak selamanya berkutat dengan angka-angka yang ”aneh” dan ”ribet”. Paradigma, merasa takut itulah kemudian berubah menjadi rasa malas. Mungkin sebagian orang atau mahasiswa merasakan hal yang sama. Pasalnya, saat pertama kali berkenalan dengan statistik boleh jadi dosen atau pengajar menyampaikan mata kuliah statistik dengan cara yang kurang dapat menyatu dengan anak muda sekarang ini. Continue reading

Cara Mudah Merancang Kuesioner (1)

Pernahkah Anda diminta untuk mengisi sebuah kuesioner? Saya pernah. Di sebuah restoran, saat sang pramusaji memberikan bill kepada saya, ia juga sekaligus memberikan kuesioner singkat untuk saya isi. Pertanyaan-pertanyaan di dalam kuesioner itu seputar pelayanan restoran. Antara lain, apakah makanannya enak, apakah pelayannya memberikan pelayanan yang baik, bersihkah restoran tersebut dan lain-lain. Bila saya mengisi kuesioner saat itu juga, saya diberikan voucher diskon untuk kunjungan berikutnya.

Di beberapa hotel yang saya sempat menginap, juga disediakan kuesioner yang diselipkan di meja. Manajemen hotel berharap tamunya mengisi kuesioner tersebut sebagai bahan masukan bagi pelayanan hotelnya. Walaupun pihak manajemen tidak menjanjikan suvenir apapun, saya selalu tergerak untuk mengisinya. Saya selalu memperhatikan bagaimana mereka membuat kuesioner, apa saja yang menjadi perhatian mereka untuk ditanyakan dan cara mereka mengemas kuesioner. Continue reading